MULTIMEDIA PEMBELAJARAN REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Seiring pendidikan yang menyatu dengan
internet, berbagai model pendidikan baru telah muncul. Salah satu bentuk
representatif dari model pembelajaran adalah kelas membalik atau membalik kelas
yang secara universal dikenal sebagai metode pendidikan yang inovatif di era
digital. Pembelajaran terbalik adalah strategi instruksional dan jenis
pembelajaran campuran yang membalikkan pengaturan pendidikan tradisional dengan
memberikan konten instruksional, di luar kelas, seringkali online dalam format
digital.
Problem dan tantangan dunia pendidikan dari waktu-ke
waktu menunjukkan intensitas dan bobot yang semakin berat. Belum tuntas
masyarakat melakukan penyiapan diri menghadapi era globalisasi, era baru
(revolusi industry 4.0) yang merupakan kelanjutan dari globalisasi telah lahir
dengan skala dan tantangan yang semakin berat. Era baru ini ditandai
dengan integrasi teknologi internet, teknologi informatika, serta teknologi
otomasi produksi, membentuk suatu system yang disebut dengan Cyber
Physical System (CPS) (Ali Sadiyoko, 2017). Era berbasis pada kecanggihan
teknologi informasi digital ini benar-benar telah membawa dan menuntut
perubahan radikal pada berbagai dimensi kehidupan manusia termasuk bidang
pendidikan. Dinamika perubahan ini memberikan implikasi pada seluruh dimensi
kehidupan individu dan organisasi menyangkut eksistensinya di masa depan.
Kemapanan individu maupun organisasi (saat ini) tidak menjadi
jaminan sustainability-nya jika tanpa kesanggupan memberikan respon
yang memadai terhadap dinamika era digital.
Masyarakat akademik
(baca; kampus) dituntut dan ditantang untuk mampu memberikan respon yang cepat
dan memadai, jika tidak ingin ditinggalkan oleh public era industry 4.0.
Kampus-kampus besar tidak boleh berpuas diri dengan reputasi dan segala
pencapaiannya. Karena saat ini telah lahir -meski tidak nampak-, kampus
“maya” yang mampu diakses dan membelajarkan masyarakat dunia dengan
segala kemudahan, kecepatan yang diberikan. Keberadaan kampus maya ini telah
merubah berbagai dimensi kehidupan; system nilai, struktur ekonomi, social dan
budaya masyarakat. Eksistensi kampus maya ini tidak menutup kemungkinan akan
mampu menggeser peran kampus-kampus konvensional yang telah mapan.
Guna mendukung
upaya pemerintah merespon era RI 4.0 ini, kata Ketut, ITS menetapkan 10
strategi utama dengan memfokuskan penyelarasan hal antara lain Digitalpreneurship; Distance Learning; IT Infrastructure/E-services/Smart Campus; Lifelong Learning; Global Network for Academic, Research and Innovation; IOT/Big Data/Intelegence Machine; Character
Building 4.0; Teaching Industry;
Allignment to Industry and Public Needs;
dan Adaptive Environment.
1. Digitalpreneurship, berfokus pada upaya
menumbuhkembangkan kewirausahaan berbasis digital melalui penyelarasan
kurikulum. Pemberdayaan digital co-working space, menghubungkan dengan
sumber-sumber pendanaan dan pasar bagi startup berbasis digital, serta
menyediakan digital market place untuk memasarkan hasil inovasi dan produk
sivitas akademika ITS.
2. Distance Learning, memberdayakan sistem dan
infrastruktur pembelajaran jarak jauh yang selama ini telah ada di ITS (Share
ITS), termasuk di dalamnya adalah sistem transfer kredit yang fleksibel serta
perbaikan infrastruktur IT untuk mendukung penuatan distance learning.
3. IT Infrastructure/E-services/Smart Campus,
penguatan ITS sebagai smart campus dengan sistem informasi dan layanan berbasis
digital dan paperless yang diharapkan dapat menguatkan kinerja akademik dan
efisiensi.
4. Lifelong Learning, menyediakan sistem
pembelajaran seumur hidup yang memungkinkan penguatan akademik dan kompetensi
yang lebih fleksible. Bukan hanya untuk mahasiswa ITS, namun juga untuk
masyarakat umum sehingga mampu meningkatkan daya saing SDM nasional. Penguatan
ini tidak hanya melalui program akademik dengan menyiapkan sistem pendidikan
yang lebih fleksibel, namun juga pada kegiatan pelatihan dan magang dalam upaya
penguatan ketrampilan dan kompetensi.
5. Global Network for Academic, Research and
Innovation, penguatan program akademik dan riset serta inovasi dengan
makin menumbukan iklim kolaborasi dengan lembaga nasional dan internasional
melalui joint degree program, joint research, akreditasi ITS dari lembaga
internasional, peningkatan mobilitas dosen dan mahasiswa serta tenaga
kependidikan.
6. IoT/Big Data/Intelegence Machine,
mengarahkan sumber daya riset dan inovasi untuk mendukung pengembangan Internet
of Things (IoT), Big Data dan intelegence machine yang dapat mendukung bidang
riset stategis di ITS yaitu bidang maritim, ICT dan robotika, lingkungan dan
pemukiman, energi-otomotif, sains-material dan nano teknologi, industri kreatif
serta kebumian, manajemen bencana dan perubahan iklim.
7. Character Building 4.0, membekali lulusan
ITS dengan karakter cerdas, amanah dan kreatif termasuk di dalamnya upaya
peningkatan aspek 5C yakni creative, cognitive, collaborative, competence, cohesiveness.
8. Teaching Industry, penguatan kegiatan
hilirisasi di teaching industry atau Science and Techno Park (STP) ITS
untuk mendukung arah pengembangan prototipe skala industri, kerjasama dengan
industri, paten, inkubasi, seed capital, training/certification serta pembinaan
UMKM agar dapat mendukung industri nasional.
9. Alignment to Industry and Public Needs,
penyelarasan kurikulum, riset dan inovasi, pengembangan karakter, sistem
pembelajaran, dan infrastruktur dan jejaring yang menyesuaikan dengan kebuhan
masyarakat dan dunia industri.
10. Adaptive Environment, memastikan sistem
akademik, inovasi, riset, sistem pembelajaran, serta dukungan infrastruktur
yang dikembangan di ITS mampu beradaptasi dengan perubahan yang sedemikian
cepat sehingga memberi lingkungan yang adaptif bagi terbentuknya lulusan dan
SDM yang kompetitif dan berkarakter.
DAFTAR PUSTAKA
QUESTION :
Bagaimana tanggapan saudara dengan
pembelajaran revolusi industri 4.0? apakah indonesia sudah siap melaksanakan
pembelajaran dengan cara tersebut? Adakah dampak yang ditimbulkan dari
pembelajaran revolusi industri 4.0 tersebut?
Baiklah saya akan menjawab permasalahan ke 2
BalasHapusPerlu diketahui bahwasannya arus globalisasi tidak ada yang bisa mengelaknya jadi indonesia baik secara langsung mau tidak mau harus sudah siap untuk menerima revolusi 4.0 untuk dapat menerapkan proses pembelajaran yang berbasis revolusi 4.0 maka dibutuhkannya waktu untuk dapat melaksananakan proses pembelajaran tersebut, hal itu dikarenakan harus di sesuaikan terlebih dahulu dengan kurikulum yang ada di indonesia
saya akan menanggapi permasalahan no 2,,dimana saya sependapat dengan hudia. jika kita kaji masalah siap tidak siapnya dalam menghadapi era revolusi industri ini maka indonesia tidak akan siap. tetapi siap tidak siapnya, kalau era revolusi ini akan tetap berjalan seiring perkembangan zaman,jadi kita mau tidak mau, siap tidak siap, ya kita harus siap karena era revolusi industri 4.0 ini nantinya akan tetap berlaku tanpa bisa ditolak. jadi agar kita siap dalam menghadapinya maka dari awal kita akan melakukan pelatihan-pelatihan pembelajaran yang berbasis revolusi 4.0. dimana pada revolusi 4.0 ini kita harus memiliki keterampilan informasi, media, dan teknologi. Dengan istilah lain, kita harus melek teknologi. Yang dimaksud dengan keterampilan informasi, media, dan teknologi meliputi literasi media, keaksaraan visual, literasi multikultural, kesadaran global, dan literasi teknologi.
HapusBaiklah saya akan menjawab permasalahan ke 2
BalasHapusPerlu diketahui bahwasannya arus globalisasi tidak ada yang bisa mengelaknya jadi indonesia baik secara langsung mau tidak mau harus sudah siap untuk menerima revolusi 4.0 untuk dapat menerapkan proses pembelajaran yang berbasis revolusi 4.0 maka dibutuhkannya waktu untuk dapat melaksananakan proses pembelajaran tersebut, hal itu dikarenakan harus di sesuaikan terlebih dahulu dengan kurikulum yang ada di indonesia
saya setuju dengan pendapat saudari hudia, karena arus globalisasi ini tidak dapat dielakkan negara mana pun, oleh karena itu indonedia harus siap untuk menghadapinya dengan mempersiapkan sara dan prasana yang mendukung
HapusSaya akan menjawab dari pertanyaan no 2
BalasHapusMenurut saya negara indonesia belum siap untuk menjalankan era revolusi industri 4.0 karena yang mana indonesia belum bisa memenuhi sarana dan prasarana yang mendukung iptek era revolusi industri 4.0