TERPENOID
a. Asal
Usul Terpenoid
Sejak lama
bangsa Indonesia sudah mengenal obat-obatan tradisional yang digunakan untuk
pengobatan berbagai macam penyakit. Pada umumnya obat-obatan tersebut dibuat
dari sumber bahan alam hayati seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan. Penggunaan
tumbuhan tertentu sebagai obat merupakan warisan yang sudah turun temurun.
Penggunaan
tumbuh-tumbuhan sebagai obat tradisional berkaitan dengan kandungan kimia yang
terdapat di dalamnya. Senyawa kimia tersebut merupakan hasil metabolisme dari tumbuhan
itu sendiri. Senyawa kimia dari beberapa jenis tanaman telah banyak diteliti
dan sering kali dapat memberikan efek fisiologi dan farmakologi sehingga
senyawa ini dikenal dengan senyawa bioaktif. Di antara senyawa bioaktif
tersebut adalah golongan alkaloid, terpenoid, steroid, flavonoid dan safonin
(Kusuma, 1988, hal. 11).
Terpenoid
merupakan senyawa kimia yang terdiri dari beberapa unit isopren. Kebanyakan
terpenoid mempunyai struktur siklik dan mempunyai satu gugus fungsi atau lebih.
Terpenoid umumnya larut dalam lemak dan terdapat dalam sitoplasma sel tumbuhan.
Senyawa terpenoid terdiri atas beberapa kelompok.
Senyawa
terpenoid ini adalah salah satu senyawa kimia bahan alam yang banyak digunakan
sebagai obat. Sudah banyak peran terpenoid dari tumbuh-tumbuhan yang diketahui
seperti menghambat pertumbuhan tumbuhan pesaingnya dan sebagai insektisida
terhadap hewan tinggi. Untuk mengetahui lebih jelas tentang senyawa terpenoid
maka dibahas tentang tinjauan umum terpenoid, klasifikasi dan fungsi terpenoid,
biosintesa terpenoid, identifikasi terpenoid, isolasi terpenoid dari bahan alam
serta cara pemisahan dan pemurnian terpenoid.
b. Pengertian
Terpenoid
Terpenoid
adalah senyawa yang hanya mengandung karbon dan hidrogen, atau karbon, hidrogen
dan oksigen yang bersifat aromatis, sebagian terpenoid mengandung atom karbon yang
jumlahnya merupakan kelipatan lima. Penyelidikan kimia selanjutnya menunjukan
pula bahwa sebagian terpenoid mempunyai kerangka karbon yang di bangun oleh dua
atom atau lebih unit C5 yang disebut isopren, unit unit isopren biasanya saling
berkaitan dengan teratur, dimana “kepala” dari unit satu berkaitan dengan
“ekor” unit yang lain, kepala adalah merupakan ujung terdekat kecabang metil
dan ekor merupakan ujung yang lain.
Terpenoid umumnya larut dalam lemak dan
terdapat dalam sitoplasma sel tumbuhan. Kebanyakan terpenoid alam mempunyai
struktur siklik dan mempunyai satu gugus pungsi atau lebih (Harborne, 1987,
hal. 124). Salah satu senyawa terpenoid adalah taksodon dan vernomenin yang
merupakan jenis terpenoid yang mempunyai efek fisiologis terhadap manusia yaitu
dapat menahan pembelahan sel sehingga dapat menghalangi pertumbuhan tumor.
c. Klasifikasi
dan Fungsi Terpenoid Senyawa
Terpenoid
dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah unit isopren yang menyusunnya yaitu:
1. Monoterpenoid
Monoterpenoid
merupakan senyawa terpenoid yang paling sederhana, terbentuk dari dua unit isopren
dan merupakan dua komponen minyak atsiri yang berupa cairan tak berwarna, tidak
larut dalam air, mudah menguap dan berbau harum.
Monoterpenoid
dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu asiklik, monosiklik dan bisiklik.
Contoh asiklik adalah geraniol, linalool, yang termasuk monosiklik seperti α
terpinol, limonena, yang termasuk bisiklik seperti α pinena, dan kamfor.
2. Seskuiterpenoid
Seskuiterpenoid
merupakan senyawa yang mengandung atom C15, biasanya di anggap
berasal dari tiga satuan isopren. Sama seperti monoterpenoid, seskuiterpenoid
terdapat sebagai komponen minyak astiri, berperan penting dalam memberi aroma
pada buah dan bunga. Contoh senyawa seskuiterpenoid adalah farnesol,
γ-bisabolena, dan santonin.
3. Diterpenoid
Diterpenoid
merupakan senyawa yang mengandung atom C20 yang berasal dari empat
satuan isopren. Karena titik didihnya tinggi, biasanya diterpenoid tidak
ditemukan dalam minyak atsiri tumbuhan, kebanyakan penyebarannya sangat
terbatas. Senyawa terpenoid banyak yang berfungsi sebagai fungisida, racun
terhadap serangga, ada juga senyawa diterpenoid yang berkerja sebagai obat anti
tumor karena efek sitotoksiknya dan ada yang mempunyai aktifitas antivirus.
4. Triterterpenoid
Triterpenoid
adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isopren dan
secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yang
disebut skualen. Triterpenoid berupa senyawa tak berwarna, bernetuk kristal,
biasanya bertitik leleh tinggi.
5. Tetraterpenoid
Tetraterpenoid merupakan kelompok terpenoid
yang disusun oleh delapan unit isopren (C40). Tetraterpenoid yang
paling dikenal adalah karotenoid contohnya adalah β-karoten. Karotenoid
merupakan golongan figmen yang larut dalam lemak berwarna kuning sampai merah,
terdapat pada semua tumbuhan dan dalam berbagai jaringan.
d. Biosintesa
Terpenoid
Pada tahun 1959, J.W Cornforth menemukan dua
bentuk isopren yang aktif yaitu isopentenil pirofosfat (IPP) dan dimetilalil
pirofosfat (DMAPP). Kedua isopren ini harus ada untuk keperluan sintesa
terpenoid oleh organisme. Penyelidikan selanjutnya menunjukan bahwa IPP dan
DMAPP berasal dari asam mevalonat. Kemudian diketahui pula bahwa satu-satunya
sumber karbon bagi asam mevalonat, IPP dan DMAPP adalah asam asetat.
e. Identifikasi
Terpenoid
Untuk mengetahui adanya senyawa
terpenoid dalam suatu sampel dapat digunakan pereaksi lieberman-burchard
(anhidrida asam asetat dan H2SO4 pekat) senyawa terpenoid akan menunjukan warna
merah sampai ungu jika direaksikan dengan pereaksi liebermann-burchard.
f. Isolasi
Terpenoid dari Bahan Alam
Untuk penarikan komponen-komponen
kimia dari suatu bahan alam dapat dilakukan ekstraksi dengan menggunakan
pelarut yang cocok sehingga komponen kimia yang diinginkan akan tertarik oleh
pelarut, ada beberapa metode ekstraksi yang umum yang digunakan antara lain:
maserasi, perkolasi, sokletasi. Pemilihan metoda ini didasarkan pada sifat
kondisi dan kelarutan senyawa.
g. Pemisahan
dan Pemurnian
Untuk pemisahan komponen kimia yang
terdapat dalam ekstrak hasil ekstraksi, dapat dilakukan dengan tehnik
kromatografi, baik kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi
kolom atau kromatografi gas, tehknik mana yang akan kita pakai tergantung
kepada sifat-sifat dari senyawa yang akan di pisahkan.
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma, T.S, 1988, Kimia dan Lingkungan. Pusat Penelitian
UNAND. Padang
Harborne, J.B, 1987. Metoda Fitokimia
Penuntun Cara Menganalisa Tumbuhan. Edisi II, ITB, Bandung
PERMASALAHAN
1. Jelaskan
cara identifikasi terpenoid?
2. Kenapa
senyawa terpenoid dikatakan sebagai senyawa kimia bahan alam yang banyak
digunakan sebagai obat?
3. Salah
satu senyawa terpenoid adalah taksodon dan vernomenin yang merupakan jenis
terpenoid yang mempunyai efek fisiologis terhadap manusia yaitu dapat menahan
pembelahan sel sehingga dapat menghalangi pertumbuhan tumor. Berdasarkan pernyataan
tersebut bagaimana dengan manusia yang kena tumor? Apakah senyawa terpenoid
tidak ada atau tidak berfungsi?
Baiklah icha saya akan menjawab permasalahan anda no 1
BalasHapusIdentifikasi senyawa terpenoid dengan skrining fitokimia adalah dengan mereaksikan terpenoid dengan reagen Liebermann-Burchard (asam asetat anh dan asam sulfat P) yang positif menghasilkan warna merah.
Ekstraksi senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu: melalui sokletasi dan maserasi.
1. Sekletasi
Dilakukan dengan melakukan disokletasi pada serbuk kering yang akan diuji dengan 5L n-hexana. Ekstrak n-hexana dipekatkanlalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diujifitokimia dan uji aktifitas bakteri.
2. Teknik maserasi menggunakan pelarut methanol.
Baiklah saya akan mencoba menjawab permasalahan no 2
BalasHapusKarena golongan senyawa dari metabaolit sekunder ini banyak di temui pada tumbuh-tumbuhan yg memiliki khasiat sehingga banyak diisolasi utk di jadikam obat herbal.
Senyawa metabolit sekunder merupakan sumber bahan kimia yang tidak akan pernah habis, sebagai sumber inovasi dalam penemuan dan pengembangan obat-obat baru ataupun untuk menujang berbagai kepentingan industri. Hal ini terkait dengan keberadaannya di alam yang tidak terbatas jumlahnya. Sejalan dengan hal itu dan diikuti oleh keberadaan organisme yang juga tidak terbatas jumlahnya, maka topik penelitian bahan alam juga tidak akan pernah habis.
Baiklah saya akan mencoba menjawab permasalahan no 1 yaitu:
BalasHapusUntuk mengetahui adanya senyawa terpenoid dalam suatu sampel dapat digunakan pereaksi lieberman-burchard (anhidrida asam asetat dan H2SO4 pekat) senyawa terpenoid akan menunjukan warna merah sampai ungu jika direaksikan dengan pereaksi liebermann-burchard
saya ingin mencoba menjawab pertanyaan nomor satu, Identifikasi terpenoid: Metode Lieberman-Burchard.
BalasHapusBeberapa tetes lapisan kloroform pada uji alkaloid, ditempatkan pada plat tetes. Tambahkan 5 tetes anhidrida asetat dan biarkan mengering. Kemudian tambahkan 3 tetes H2S04 pekat. Timbulnya warna merah jingga atau ungu menandakan uji positif terhadap terpenoid.
Say akan menjawab permasalahan no 3 anda dimana Terpenoid umumnya larut dalam
BalasHapuslemak dan terdapat dalam sitoplasma sel
tumbuhan. Kebanyakan terpenoid alam
mempunyai struktur siklik dan mempunyai
satu gugus pungsi atau lebih (Harborne,
1987, hal. 124). Salah satu
senyawaterpenoid adalah taksodon dan
vernomenin yang merupakan jenis
terpenoid yang mempunyai efek fisiologis
terhadap manusia yaitu dapat menahan
pembelahan sel sehingga dapat
menghalangi pertumbuhan tumor.
saya ingin mencoba menanggapi permasalahan pertama saudari,
BalasHapusUji fitokimia dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard. Perekasi Lebermann-Burchard merupakan campuran antara asam setatanhidrat dan asam sulfat pekat. Alasan digunakannya asam asetat anhidrat adalahuntuk membentuk turunan asetil dari steroid yang akan membentuk turunan asetildidalam kloroform setelah. Alasan penggunaan kloroform adalah karena golongansenyawa ini paling larut baik didalam pelarut ini dan yang paling prinsipil adalahtidak mengandung molekul air. Jika dalam larutan uji terdapat molekul air makaasam asetat anhidrat akan berubah menjadi asam asetat sebelum reaksi berjalandan turunan asetil tidak akan terbentuk.