Minggu, 22 April 2018


PENGEMBANGAN E-LEARNING DALAM PEMBELAJARAN KIMIA

Hasil gambar untuk pengembangan e-learning dalam pembelajaran kimia


Pengertian

Pembelajaran berbasis web atau yang dikenal juga dengan "web based learning"merupakan salah satu jenis penerapan dari pembelajaran elektronik (e-learning).
Pembelajaran Elektronik (e-Learning) merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan Internet sebagai metode penyampaian, Interaksi, dan fasilitasi serta didukung oleh berbagai bentuk layanan belajar lainnya. Seiring kemajuan teknologi dan perubahan tren serta gaya hidup manusia yang cenderung bergerak secara dinamis (mobile), kebutuhan akan proses belajar jarak jauh atau yang biasa disebut dengan tele-edukasi semakin meningkat pula.
Pengertian e-learning pada umumnya terfokus pada cakupan media atau teknologinya. E-learning menurut Gilbert & Jones dalam Surjono (2007) adalah suatu pengiriman materi pembelajaran melalui suatu media elektronik, seperti internet, intranet/ekstranet, satelite broadcast, audio/video, TV interaktif, CD-ROM dan computer based training (CBT). E-learning juga diartikan sebagai seluruh pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN atau Internet) untuk membantu interaksi dan penyampaian materi selama proses pembelajaran (Kumar, 2006). Urdan dan Weggen menyatakan e-learning sebagai suatu pengiriman materi melalui semua media elektronik, termasuk internet, intranet, siaran radio satelit, alat perekam audio/video, TV interaktif, dan CD-ROM (Anderson, 2005).
E-learning  salah satu bagian dari tele-edukasi memberikan alternatif cara  belajar baru dimana antara murid dan guru tidak berada pada ruang dan waktu yang sama, meskipun demikian, proses belajar dan mengajar tetap dapat berjalan dalam lingkungan virtual, oleh karena itu  E-learning  sering disebut juga dengan  Virtual Learning Enviroment (VLE).
E-learning tidak sama dengan pemebelajaran konvensional. E-learning memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut :
a.       Interactivity (Interaktivitas); tersedianya jalur komunikasi yang lebih banyak, baik secara langsung (synchronous), seperti chatting atau messenger atau tidak langsung (asynchronous), seperti forum, mailing list atau buku tamu.
b.      Independency (Kemandirian); flesibilitas dalam aspek penyediaan waktu, tempat, pengajar dan bahan ajar. Hal ini menyebabkan pembelajaran lebih terpusat kepada siswa (student-centered learning).
c.       Accessibility (aksesibilitas); sumber-sumber belajar jadi lebih mudah diakses melalui pendistribusian di jaringan internet dengan akses yang lebih luas daripada pendistribusian sumber belajar pada pembelajaran konvensional.
d.      Enrichment (Pengayaan); kegiatan pembelajaran, presentasi materi kuliah dan materi pelatihan sebagai pengayaan, memungkinkan penggunaan perangkat teknologi informan seperti video streaming, simulasi dan animasi.
Penerapan e-learning banyak variasinya, karena perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang cepat. Surjono (2007), menekankan penerapan e-learning pada pembelajaran secara online dan dibagi menjadi dua yaitu sederhana dan terpadu. Penerapan e-learning yang sederhana hanya berupa kumpulan bahan pembelajaran yang dimasukkan ke dalam web server dan ditambah dengan forum komunikasi melalui e-mail dan atau mailing list (milist). Penerapan terpadu yaitu berisi berbagai bahan pembelajaran yang dilengkapi dengan multimedia dan dipadukan dengan sistem informasi akademik, evaluasi, komunikasi, diskusi, dan berbagai sarana pendidikan lain, sehingga menjadi portal e-learning. Pembagian tersebut di atas berdasarkan pada pengamatan dari berbagai sistem pembelajaran berbasis web yang ada di internet. Nedelko (2008), menyatakan ada tiga jenis format penerapan e-learning, yaitu:

a.       Web Supported e-learning, yaitu pembelajaran tetap dilakukan secara tatap muka dan didukung dengan penggunaan website yang berisi rangkuman tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, tugas, dan tes singkat
b.      Blended or mixed mode e-learning, yaitu sebagaian proses pembelajaran dilakukan secara tatap muka dan sebagian lagi dilakukan secara online
c.       Fully online e-learning format, yaitu seluruh proses pembelajaran dilakukan secara online termasuk tatap muka antara pendidik dan peserta didik juga dilakukan secara online yaitu dengan menggunakan teleconference.
E-learning sangat berbeda dengan pembelajaran secara tradisionl. Pada pembelajaran tradisional, peran pendidik masih cukup dominan, sedangkan pada e-learning peserta didik harus mempunyai kesadaran untuk belajar secara aktif dan mandiri. Nedelko (2008), menjelaskan beberapa karakteristik peserta didik yang dapat mempengaruhi dari keberhasilan e-learning:

a.       Mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan komputer dan TIK lainnya, karena e-learning didukung oleh penggunaan komputer dan peralatan TIK.
b.      Motivasi untuk belajar, peserta didik harus mempunyai kesadaran untuk mempelajari bahan dan materi yang telah diberikan guru, bukan hanya belajar ketika di kelas saja.
c.       Disiplin, peserta didik harus disiplin untuk belajar, mengerjakan tugas, dan menentukan waktu dan tempat untuk belajar.
d.      Mandiri, kemandirian peserta didik mutlak diperlukan di dalam e-learning, karena tidak setiap saat antara peserta didik dan pendidik dapat bertatap muka. Pembelajaran tatap muka lebih bersifat sebagai diskusi antara peserta didik dengan pendidik, bukan sebagai transfer pengetahuan saja.
e.       Mempunyai ketertarikan terhadap e-literatur, karena hampir semua materi pembelajaran disajikan secara online ataupun melalui media elektronik.
f.       Dapat belajar secara sendirian (felling isolation), peserta didik yang ketika belajar harus secara berkelompok atau ada teman akan merasa kesulitan dengn e-learning.
g.      Mempunyai kemampuan kognitif yang cukup tinggi, peserta didik yang mengikuti e-learning hendaknya mempunyai kemampuan kognitif tingkat sintesis dan evaluasi, hal ini dapat untuk mengatasi permasalahan ketidakintesifan pendampingan pendidik dan teman sebayanya.
h.      Mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah, peserta didik yang dapat memecahkan masalah secara mandiri akan lebih mudah mengikuti e-learning.
Pembelajaran kimia pada umumnya hanya terbatas pada penggunaan bahan ajar berupa buku teks dan LKS sehingga siswa kurang dapat memahami konsep mikroskopik. Lemahnya interaksi antara guru dengan siswa serta kecepatan belajar siswa yang seringkali  dianggap sama juga merupakan kendala dalam pembelajaran kimia, maka dari itu usaha-usaha peningkatan kualitas pembelajaran kimia saat ini terus dilakukan, termasuk peningkatan kualitas bahan ajar dan diversifikasi media pembelajaran. Peningkatan kualitas bahan ajar dan diversifikasi media pembelajaran diharapkan mampu mengakomodir kebutuhan siswa dalam menghadapi era teknologi informasi dan komunikasi dengan tidak meninggalkan faktor pemahaman dan keterampilan siswa dalam proses pembelajaran kimia. Teknologi informasi dan komunikasi seharusnya menjadi alat sehari-hari dalam kegiatan belajar dan membelajarkan (Sitepu, 2008).
Pengembangan bahan ajar berbasis e-learning dengan materi hidrokarbon dan minyak bumi ini didasarkan pada model pengembangan yang direkomendasikan oleh Thiagarajan (1974), yakni 4D-Model yang terdiri dari pembatasan (define), perencanaan (design), pengembangan (develop), dan penyebarluasan (disseminate).

1.      Tahap pendefinisian (define)

Tahap pendefinisian (define) adalah untuk menentukan dan menegaskan kebutuhan-kebutuhan pembelajaran. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: (1) analisis ujung depan yang mengarah pada hasil akhir dari pengembangan yakni berupa bahan ajar berbasis e-learning, (2) analisis siswa, langkah ini menetapkan subyek pebelajar dan sasaran belajar siswa yaitu siswa kelas X semester 2 dengan materi pokok senyawa hidrokarbon dan minyak bumi dengan karakter siswa yang telah mengenal internet, dan (3) perumusan indikator hasil belajar yang dirumuskan berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Analisis siswa dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) analisis tugas dengan mencari literature dan sumber belajar tentang hidrokarbon dan minyak bumi dan (2) analisis konsep yang dilakukan dengan mengidentifikasi konsep-konsep utama yang akan dipelajari.

2.      Tahap perencanaan (design)

Tahap perencanaan (design) meliputi tiga langkah yaitu: (1) penyusunan tes dengan membuat soal yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman materi dan keberhasilan siswa dalam memahami materi dalam bahan ajar, (2) pemilihan media untuk mendapatkan media yang tepat sesuai dengan perkembangan era teknologi yang sedang berlangsung, yaitu media internet, dan (3) perancangan awal yang meliputi membaca buku teks yang relevan, menulis bahan ajar, adaptasi bahan ajar, konsultasi secara intensif dengan dosen pembimbing.

3.      Tahap pengembangan (develop)

Pada tahap pengembangan (develop) langkah- langkah yang dilakukan adalah:
1.     konsultasi dengan pembimbing yang bertujuan untuk merancang dan menyusun media dan instrumen yang akan dipakai dalam penelitian,
2.     validasi yang merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data tentang nilai yang diperoleh dari validator,
3.     analisis hasil validasi, hasil validasi dianalisis sesuai dengan penilaian, saran, dan kritik dari validator,
4.     revisi bahan ajar berbasis e-learning yang bertujuan untuk menyempurnakan bahan ajar yang akan digunakan, dan
5.     uji coba terbatas, tujuan uji coba ini hanya untuk mengetahui kelayakan dari produk pengembangan yakni bahan ajar berbasis e-learning.

4.      Tahap penyebarluasan (disseminate)

Tahap keempat yaitu penyebarluasan (disseminate) merupakan tahap penggunaan bahan ajar yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas. Tahap ini bertujuan untuk menguji efektivitas penggunaan bahan ajar berbasis e-learning hasil pengembangan. Dalam pengembangan ini, tahap penyebarluasan (disseminate) tidak dilakukan karena pertimbangan keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya. Selain itu, disesuaikan dengan tujuan pengembangan bahan ajar berbasis e-learning yakni untuk mengetahui kelayakan bahan ajar bukan untuk mengukur prestasi belajar siswa.

 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Web

a.       Interaksi
Interaksi yang berkomunikasi dengan yang lain menggunakan pembelajaran berbasis web yang sama. Dalam lingkungan belajar interaksi berarti kapasitas berbicara antarpeserta.  Interaksi membedakan antara pembelajaran berbasis web dengan pembelajan berbasis computer  ( computer-Based Instruction). Hal ini berarti yang terlibat dalam pembelajaran berbasis web  tidak berkomunikasi dengan mesin, melainkan dengan orang lain yang kemungkinan tidak berada pada lokasi atau waktu yang sama.
b.      Ketergantungan
Ketergantungan yang dimaksud adalah bagaimana siswa mudah menggunakan web. Ada dua prinsip dalam ketergantungan ini yaitu, konsistensi  dan kesederhanaan.Sehingga siswa tidak mengalami kesulitan baik dalam proses pembelajaran maupun materi dan aktivitas belajar lain.

Daftar Pustaka
Anderson, B. (2005). “Strategic e-learning implementation.” Educational Technology & Society, 8 (4), 1-8. 1. ISSN 1436-4522
RahmaniyahAnna. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis E-Learning Pada Materi Hidrokarbon Dan Minyak Bumi Kelas X Semester 2. (Online),http://jurnal-online.um.ac.id/, diakses 15 Februari 2016.
QUESTION :
1.      Tidak semua pembelajaran efektif menggunakan media komputer. Jadi pembelajaran dengan cara apa tanpa ketergantungan pada kompter namun efektif dan interatif? Jelaskan!
2.      Apakah pembelajaran e-learning bisa diterapkan secara merata pada saat ini? Berikan alasan?
3.      Berdasarkan sifat siswa, dimana ada yang audio, visual, dan audiovisual. Bagaimana dengan penerapan pembelajaran e-learning? Apakah tujuan dari pembelajaran bisa dicapai?

17 komentar:

  1. Menanggapi permasalahan yg pertama,pembelajaran yg tidak mutlak bergantung pada komputer salah satunya dengan e-learning karena bisa melalui perantara smartphone, laptop, ipad, komputer dll. E-learning ini juga lebih kompleks dan bervariasi. E-learning sebagaimana yg telah anda jelaskan Bahwa e-learning merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan Internet sebagai metode penyampaian, Interaksi, dan fasilitasi serta didukung oleh berbagai bentuk layanan belajar lainnya.

    BalasHapus
  2. Menanggapi permasalahan no.1, saya kurang setuju atas pernyataan saudara bahwa tidak semua pembelajaran efektif menggunakan komputer. Karna kita ketahui bersama, skrang ini jaman teknologi, sehingga semua materi pembelajaran dpt disampaikan dgn memanfaatkan teknologi. Tinggal si gurunya saja, dapat/tidak menggunakan teknologi berupa komputer dgn baik, untuk menciptakan pembelajaran yg menarik dan efektif.

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut saya beberapa materi tidak bisa disampaikan dengan komputer seperti penjeasan ttg stoikiometri, takutnya jika menggunakan komputer murid tdk mengerti lebih dalam

      Hapus
  3. baikah saya akan mencoba menjawab permasalahan nomor 2 , diterapkann nya e-learning secara merata , menurut saya belum bisa , karena bnyak di daerah terpencil yang belum memiliki sinyal yang memadai , dan jika dilihat dari perkotaan ,mungkin dapat diterapkan karena memang memiliki fasilitas fasilitas yang lengkap , dan dilihat juga pengetahuan seseorang dalam IT , banyak siswa yang mungkin belum memahami pengguaan alat alat elektronik . dan karena koneksi internet sangat berpengaruh , maka jika setiap daerah memiliki koneksi internet yang sangat berpengaruh ,e-learning ini mungkin dapat merata setiap daerah

    BalasHapus
  4. Saya akan menjawab pertanyaan nomor 2.
    Menurut saya belum dapat diterapkan secara merata, karena masih banyak yang kurang mengerti akan penggunaan e-learning itu sendiri dan kurang di manfaatkan di sekolah-sekolah atau bahkan di perguruan tinggi di Indonesia sekalipun.
    penggunaan e-learning yang tidakbisa lepas dari peran internet inilah yang membuat pemanfaatannya kurang maksimal di indonesia, seperti yang kita ketahui sendiri di Indonesia banyak sekali warga negaranya yang masih belum mengerti dan tahu akan teknologi bahkan ironosnya masih banyak yang buta huruf. Selain itu, banyak sekali daerah-daerah yang tidak dapat di jangkau oleh sinyal bahkan listrik juga tidak bisa menjangkaunya.
    Sebenarnya bukan masalah sumber daya manusianya yang tidak mau menerimakemajuan teknologi tersebut, namun adanya fenomena atau keadaan yang kurang mendukung seperti kejadian di atas yang membuat sistem pengajaran di Indonesia belum maksimal, terutama e-learning. Jadi, E learning hanya dapat digunakan di daerah yang telah terpenuhi sarana dan prasarana serta infrastrukturnya, daerah terpencil kecil kemungkinan untuk dapat menggunakannya dikarenakan alasan yang telah diuraikan di atas.

    BalasHapus
  5. Saya akan menanggapi pertanyaan no 2. Menurut saya masih belum bisa dilakukan pemerataan karena:
    1. Tidak semua sekolah atau perguruan tinggi di Indonesia mempunyai biaya yang cukup untuk pengadaan instrument yang dibutuhkan, pengoperasian, pengembangan, serta pemeliharaannya. Hal ini diperparah dengan adanya otonomi daerah, dimana anggaran pendidikan tergantung pada pendapatan daerah, sehingga fasilitas pendidikan di Indonesia tidak merata. Semakin ke daerah, fasilitas semakin terbatas.
    2. Tidak semua siswa atau pembelajar memiliki biaya. Kemiskinan pembelajar merupakan kendala utama. Masih banyak penduduk Indonesia berada pada garis kemiskinan. Untuk pembelajaran e-learning, memerlukan komputer dan akses internet. Ini akan menjadi mahal bagi penduduk yang belum memiliki kesejahteraan dalam hidupunya.
    3. Kurangnya pengadaan infrastruktur teknologi telekomunikasi, multimedia dan informasi yang merupakan prasyarat terselenggaranya IT untuk pendidikan sementara penetrasi komputer (PC) di Indonesia masih rendah. Biaya penggunaan jasa telekomunikasi juga masih mahal bahkan jaringan telepon masih belum tersedia di berbagai tempat di Indonesia. Untuk itu perlu dipikirkan akses ke Internet tanpa melalui komputer pribadi di rumah. Sementara itu tempat akses Internet dapat diperlebar jangkauannya melalui fasilitas di kampus, sekolah, bahkan melalui warung Internet.
    4. Infrastruktur listrik yang belum memadai di daerah pedalaman. Masih adanya daerah belum dialiri listrik. Hal ini menjadi kendala dalam pembelajaran e-learning.
    5. Kultur tatap muka dalam proses pembelajaran masih dominan. Ini dipicu oleh kebiasaan dalam menerima informasi dalam bentuk lisan. Masyarakat di daerah pedalaman belum terbiasa dengan bahasa tulis.
    6. Belum terbentuknya budaya belajar mandiri di kalangan pembelajar. Siswa bahkan mahasiswa masih kergantungan dengan guru atau dosen dalam pembelajaran. Ini terbukti, jika dosen tidak datang, mereka lebih memilih ngobrol, pulang atau nongrong, bukan berdiskusi atau belajar sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya sependapat dengan saudari gita dimana yang ia jelaskan tepat sekali tetapi disini saya akan menambahkan sedikit bahwasannya dalam e-learning itu sendiri masih banyak kekurangan dan belum tentu semua orang paham dalam media internet yang berbasis komputer dan tidak semua orang mempunyai kumputerdirumah dikarena kan biaya untuk membeli komputer itu sendiri harganya cukup mahal dan kita ketahui masyarakat diindonesia saat ini tidak semuanya yang mampu.dan e-leraning itu sendiri sering digunakan oleh negara-negara maju .

      Hapus
  6. Saya akan membantu menjawab permasalahan no2, pembelajaran e-learning saat ini dirasa belum dapat diterapkan merata di seluruh wilayah Indonesia. Khususnya, di daerah-daerah terpencil. Faktor yang mempengaruhi model pembelajaran e-learning belum bisa berkembang secara merata diseluruh nusantara adalah faktor infrastruktur teknologi. Kita ketahui infrastruktur teknologi untuk menjalan model pembelajaran e-learning terdiri dari hardware dan software. Hardware meliputi ketersedian komputer dan jaringan internet serta software digunakan untuk menjalankan proses pembelajaran. Aspek kedua sumber daya manusia yaitu pelaku yang menjalankan proses pembelajaran e-learning dalam hal ini bisa antara guru dengan siswanya atau dosen dengan mahasiswanya, dan aspek ketiga lingkungan. Pada aspek lingkungan ini yang menjadi dasar utama dalam keberhasilan proses e-learning karena lingkungan terdiri dari kepemimpinan dan kultur. Pemimpin memiliki tugas menciptakan kultur yang kondusif dalam penerapan e-learning. Proses pembelajaran metode e-learning dapat tercapai apabila tiga aspek diatas dapat dipenuhi.


    BalasHapus
  7. saya ingin mencoba menanggapi permasalahan kedua saudari,
    menurut saya E-Learning saat ini belum bisa diterapkan secara merata terutama di Indonesia sedndiri,
    E learning merupakan system pembelajaran yang menggunakan media elektronik seperti internet, computer, dan file multimedia. Seiring perkembangan zaman E learning terus berkembang dan mengalami semacam alih fungsi, pandangan orang saat ini E learning adalah pembelajaran berbasis web atau menggunakan jaringan internet.
    dari sini kita bisa melihat ada banyak kendala dalam penerapan E-Learning seperti misalnya komputer, tidak semua siswa memiliki komputer sehingga ini menuntut siswa yang tidak memiliki komputer harus pergi ke warnet jika ingin belajar, belum lagi keterbatasan jaringan internet di daerah terpecil selain itu tidak semua siswa memahami cara mengoperasikan komputer dan internet.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baiklah disini saya ingin menambahkan sedikit, bahwa benar yg dikatakan oleh saudari munika e-learning belum bisa diterapkan merata di daerah yg ada di Indonesia, salah satu alasan nya adalah keterbatasan kemampuan IT yg dimiliki oleh peserta didik maupun gurunya, selain itu juga masih banyak yg beranggapan bahwa e-learning itu sendiri tidak efektif diterapkan dalam proses pembelajaran

      Hapus
  8. saya mencoba menaggapi permasalahan no 3.
    e learning dapat membantu siswa untuk lebih mandiri dalam mencari informasi,materi,ilmu tambahan diluar jam belajar di sekolah.
    elearning juga membantu guru dalam memberikan materi ajar yang bisa di pahami siswa dengan hanya membaca/melihat gambar/ memberikan video pengajarannya.

    menurut saya dengan menggnakan e learning tentu saja tujuan pembelajaran bisa tercapai, asalkan kendala" yang biasa di hadapi dalam proses pembelajaran menggunakan e learning tidak terjadi.
    seperti keterbatasan alat(komputer,laptop,smarthphone dsb), tidak tersedia jaringan internet, dan siswa atau guru yang tidak mampu mengoperasikan aplikasi dengan baik dan benar.

    BalasHapus
  9. Baiklah saya akan mencoba menjawab permasalahan no 2
    Sistem pembelajaran dengan model e-learning diyakini dapat membantu mempercepat proses pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan, namun pada kenyataanya model pembelajaran e-learning ini belum bisa diterapkan secara merata diseluruh nusantara karena terkendala hal-hal tertentu dan masih memilih menerapkan model pembelajaran secara konvensional.
    Faktor yang mempengaruhi model pembelajaran e-learning belum bisa berkembang secara merata diseluruh nusantara adalah faktor infrastruktur teknologi. Kita ketahui infrastruktur teknologi untuk menjalan model pembelajaran e-learning terdiri dari hardware dan software. Hardware meliputi ketersedian komputer dan jaringan internet serta software digunakan untuk menjalankan proses pembelajaran. Aspek kedua sumber daya manusia yaitu pelaku yang menjalankan proses pembelajaran e-learning dalam hal ini bisa antara guru dengan siswanya atau dosen dengan mahasiswanya, dan aspek ketiga lingkungan. Pada aspek lingkungan ini yang menjadi dasar utama dalam keberhasilan proses e-learning karena lingkungan terdiri dari kepemimpinan dan kultur. Pemimpin memiliki tugas menciptakan kultur yang kondusif dalam penerapan e-learning. Proses pembelajaran metode e-learning dapat tercapai apabila tiga aspek diatas dapat dipenuhi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baiklah saya akan menambahkan jawaban saya tadi tentang permasalahan no 2 yaitu:
      Banyak permasalahan yang mengakibatkan E-Learning sulit untuk menjangkau ke wilayah terpencil, antara lain:
      1. Sulitnya akses jalan menuju sekolah. Akses jalan menuju sekolah di beberapa daerah terpencil yang sulit untuk dijangkau karena medan yang berat. Efektivitas E-Learning di sekolah terpencil menjadi sulit untuk diwujudkan.
      2. Jaringan Listrik yang belum memadai. Banyak daerah terpencil yang belum dialiri listrik mengakibatkan E-Learning susah untuk dilakukan, karena proses pembelajaran E-Learning harus menggunakan listrik.
      3. SDM yang belum mengerti pemakaian E-Learning. Para pengajar didaerah terpencil banyak yang belum paham dalam pemakaian perangkat elektronik yang menunjang E-Learning. Hal ini mungkin saja dikarenakan kurangnya akses informasi dan pelatihan yang diberikan.

      Hapus
  10. Saya menjawab no 2
    Menurut saya belum bisa diterapkan secara merata karena
    E-Learning sendiri membutuhkan
    sarana infrastruktur yang tidaklah murah. Disamping itu juga E-Learning masih terkendala pada mahalnya biaya komunikasi, terutama sambungan Internet di Indonesia. Itulah mengapa E-Learning saat ini masih merupakan konsumsi sekolah-sekolah dan perguruan tinggi papan atas saja. Di Indonesia, jangkauan E-Learning justru lebih banyak dinikmati para siswa dan mahasiswa di kota-kota besar. Padahal justru sebenarnya sistem belajar E-learning mungkin akan lebih bermanfaat jika dimanfaatkan untuk menjangkau anak-anak yang hidup di belantara Papua, ataupun di hutan rimbun Kalimantan. Mungkin kita dapat membayangkan sejenak jika anak-anak di pedalaman ini dapat diajari cara bersekolah dengan E-Learning, sehingga tidak terkendala dengan terbatasnya kedatangan guru bantu maupun jauhnya jarak tempuh ke sekolah terdekat di suatu pedalaman, mungkin kekahawatiran akan kepincangan pemerataan pendidikan dapat dikurangi. Berkaitan dengan hal di atas maka kendala yang di rasakan saat ini khususnya di daerah pedalaman adalah :

    Tidak semua sekolah atau perguruan tinggi di Indonesia mempunyai biaya yang cukup untuk pengadaan instrument yang dibutuhkan, pengoperasian, pengembangan, serta pemeliharaannya. Hal ini diperparah dengan adanya otonomi daerah, dimana anggaran pendidikan tergantung pada pendapatan daerah, sehingga fasilitas pendidikan di Indonesia tidak merata. Semakin ke daerah, fasilitas semakin terbatas.
    Tidak semua siswa atau pembelajar memiliki biaya. Kemiskinan pembelajar merupakan kendala utama. Masih banyak penduduk Indonesia berada pada garis kemiskinan. Untuk pembelajaran e-learning, memerlukan komputer dan akses internet. Ini akan menjadi mahal bagi penduduk yang belum memiliki kesejahteraan dalam hidupunya.
    Kurangnya pengadaan infrastruktur teknologi telekomunikasi, multimedia dan informasi yang merupakan prasyarat terselenggaranya IT untuk pendidikan sementara penetrasi komputer (PC) di Indonesia masih rendah. Biaya penggunaan jasa telekomunikasi juga masih mahal bahkan jaringan telepon masih belum tersedia di berbagai tempat di Indonesia. Untuk itu perlu dipikirkan akses ke Internet tanpa melalui komputer pribadi di rumah. Sementara itu tempat akses Internet dapat diperlebar jangkauannya melalui fasilitas di kampus, sekolah, bahkan melalui warung Internet.

    BalasHapus
  11. baiklah, saya akan menjawab pertanyaan anda yang kedua. menurut pendapat saya e-learning tidak dapat diterapkan secara merata karena disebabkan oleh sarana dan prasarana yang tidak memadai, jaringan internet, kemampuan siswa terhadap teknologi dan juga kemampuan guru dalam menggunakan teknologi tersebut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya setuju dengan pendapat atma Hal tersebut terjadi karean kurangnya terrealisasi pemerataan pendidikan di Indonesia serta ada beberapa oknum pengajar yang kurang pengetahuannya terhadap teknologi, karena jika gurunya mengerti Maka sebenarnya murid-murid akan mengerti walaupun membutuhkan waktu yang lebih.

      Hapus
  12. saya mau menanggapi permasalahan no.2
    jika di lihat secara umum pemerataan teknologi di indonesia belom merata, khususnya daerah terpencil jauh dari jangkauan elektronik. jadi pembelajaran e-learning ini hanya bisa diterapkan di daerah pekotaan yang sudah memadai teknologinya. karena e-learning mengandalkan sistem elektronik.

    BalasHapus

Fenil Propanoid

FENILPROPANOID  A.    ASAL USUL Fenilpropanoid merupakan suatu kelompok senyawa fenolik alam yg berasal dari asam amino aromatik fen...