ALKALOID
A.
ASAL USUL
ALKALOID
Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari
sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid
alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin,
dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari
biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan
suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol.
Sejarah alkaloid hampir setua peradaban manusia.
Manusia telah menggunakan obat-obatan yang mengandung alkaloid dalam minuman,
kedokteran, atau tapal, dan racun selama
4000 tahun. Tidak ada usaha untuk mengisolasi komponen aktif dari ramuan obat-obatan
hingga permulaan abad ke sembilan belas. Obat-obatan pertama yang
diketemukan secara kimia adalah opium, getah kering Apium Papaver somniferum.
Opium telah digunakan dalam obat-obatan selama berabad-abad dan sifat-sifatnya
sebagai analgesik maupun narkotik telah diketahui. Pada tahun 1803, Derosne
mengisolasi alkaloid semi murni dari opium dan diberi nama narkotin. Seturner
pada tahun 1805 mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap opium dapat
berhasil mengisolasi morfin. Dalam tahun 1817-1820 di Laboratorium Pelletier
dan Caventon di Fakultas Farmasi di Paris, melanjutkan penelitian di bidang kimia alkaloid yang
menakjubkan. Dari antara alkaloid yang diperoleh dalam waktu singkat tersebut
adalah Stikhnin, Emetin, Brusin, Piperin, kaffein, Quinin, Sinkhonin, dan
Kolkhisin.
Alkaloid adalah senyawa organik
yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul
senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam
dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan. Selain
itu ada beberapa pengecualian, dimana termasuk golongan alkaloid tapi atom N
(Nitrogen)nya terdapat di dalam rantai lurus atau alifatis. Pada zaman dahulu,
sumber utama alkaloid hanya terdapat pada tanaman berbunga saja
(Angiospermae) tapi dalam dasawarsa terakhir ini, alkaloid juga ditemukan pada
binatang baik yang terdapat di darat maupun di laut, pada serangga, tanaman
rendah lainnya.
Bahkan mikroorganisme. Agar lebih
dipahami, alkaloid di bagi menjadi beberapa kelompok menurut atom Nitrogennya.
Yaitu; Alkaloid sebenarnya, protoalkaloid dan pseudoalkaloid. Dan berdasarkan
intinya penyusunnya (basa organiknya) diklasifikasikan menjadi 12 kelompok
yaitu; Benzena, Piridina, Piperidina, Kuinolina, Isokuinolina, Fenantren,
Pirolidina Siklo pentano perhidro fenantren, Imidazol, Indol, Purin dan Tropan.
Bervariasinya skema untuk klasifikasi alkaloid didasarkan pada konstitusinya,
telah disarankan dalam hal ini tata nama untuk alkaloid.
B.
STRUKTUR ALKALOID
Alkaloida adalah senyawa yang mempunyai struktur
heterosiklik yang mengandung atom N didalam intinya dan bersifat basa, karena
itu dapat larut dalam asam-asam serta membentuk garamnya, dan umumnya mempunyai
aktifitas fisiologis baik terhadap manusia ataupun mhewan.
Alkaloid adalah Kelompok senyawa yang mengandung nitrogen dalam
bentuk gugus fungsi amin.
Klasifikasi
alkaloida dapat dilakukan berdasarkan beberapa cara yaitu :
1. Berdasarkan
jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian dari struktur molekul.
Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida dapat dibedakan atas beberapa jenis
seperti alkaloida pirolidin, alkaloida piperidin, alkaloida isokuinolin,
alkaloida kuinolin dan alkaloida indol. Struktur masing-masing alkaloida
tersebut adalah sebagai berikut :
2. Berdasarkan
jenis tumbuhan darimana alkaloida ditemukan. Cara ini digunakan untuk
menyatakan jenis alkaloida yang pertama-tama ditemukan pada suatu jenis
tumbuhan. Berdasarkan cara ini, alkaloida dapat dibedakan atas beberapa jenis
yaitu alkaloida tembakau, alkaloida amaryllidaceae, alkaloida erythrine dan sebagainya. Cara
ini mempunyai kelemahan yaitu : beberapa alkaloida yang berasal dari suatu
tumbuhan tertentu dapat mempunyai struktur yang berbeda-beda.
3. Berdasarkan
asal-usul biogenetik. Cara ini sangat berguna untuk menjelaskan hubungan antara
berbagai alkaloida yang diklasifikasikan berdasarkan berbegai jenis cincin
heterosiklik. Dari biosintesa alkaloida, menunjukkan bahwa alkaloida berasal
dari hanya beberapa asam amino tertentu saja.
C.
SKRINING FITOKIMIA/REAKSI PENGENALAN
Uji Alkaloid dilakukan dengan metode Mayer,Wagner
dan Dragendorff. Sampel sebanyak 3 mL diletakkan dalam cawan porselin kemudian
ditambahkan 5 mL HCl 2 M , diaduk dan kemudian didinginkan pada temperatur
ruangan. Setelah sampel dingin ditambahkan 0,5 g NaCl lalu diaduk dan disaring.
Filtrat yang diperoleh ditambahkan HCl 2 M sebanyak 3 tetes , kemudian
dipisahkan menjadi 4 bagian A, B, C, D. Filtrat A sebagai blangko, filtrate B
ditambah pereaksi Mayer, filtrat C ditambah pereaksi Wagner, sedangkan filtrat
D digunakan untuk uji penegasan. Apabila terbentuk endapan pada penambahan
pereaksi Mayer dan Wagner maka identifikasi menunjukkan adanya alkaloid.
Uji penegasan dilakukan dengan menambahkan amonia
25% pada filtrat D hingga PH 8 - 9. Kemudian ditambahkan kloroform, dan
diuapkan diatas waterbath. Selanjutnya ditambahkan HCl 2M, diaduk dan disaring.
Filtratnya dibagi menjadi 3 bagian. Filtrat A sebagai blangko, filtrat B diuji
dengan pereaksi Mayer, sedangkan filtrate C diuji dengan pereaksi Dragendorff.
Terbentuknya endapan menunjukkan adanya alkaloid.
D.
ISOLASI
Satu-satunya sifat kimia alkaloid yang paling
penting adalah kebasaannya. Metode pemurnian dan pencirian adalah
umumnyasifat umum, dan pendekatan khusus harus dikembangkan untuk beberapa
alkaloid misalnya rutaekarpina, kolkhisina, risinina) yang tidakbersifat basa.
Anda akan menggunakan bahan-bahan galat yang mengandung alkaloid dilakukan
dengan beberapa cara, yaitu:
1. Dengan
menarik menggunakan pelarut-pelarut organik per Azas Keller. Yaitu alkaloid
disekat pada pH tertentu dengan pelarut organik. Prinsip pengerjaan dengan azas
Keller yaitu alkaloida yang ada digunakan sebagai bentuk garam, terlepas dari
ikatan garam tersebut menjadi alkaloida yang bebas. Untuk itu dicatat basa lain
yang lebih kuat dari basa alkaloida tadi. AlkaloidaYang bebas tadi diekstraksi
dengan menggunakan pelarut –pelarut organik misalnya Kloroform. Tidak melakukan
ekstraksi dengan udara karena dengan udara yang masuk kedalam udara yakni
garamgaram alkaoida dan zat-zat pengotor yang larut dalam udara, misalnya
glikosida-glikosida, zat warna, zat penyamak dan sebagainya. Yang masuk ke
dalam kloroform disamping alkaloida dan juga fatlemak, harsa dan minyak atsiri.
Maka setelai alkaloida diekstraksi dengan kloroform maka harus dimurnikan lagi
dengan pereaksi tertentu. Diekstraksi lagi dengan kloroform. Diuapkan, lalu
memperoleh sisa alkaloid baik dalam bentuk hablur maupun amorf.
Ini tidak berate bahwa alkaloida yang diperoleh dalam bentuk murni,
alkaloida yang telah diekstaksi penggantian legi lebih lanjut. Penentuan untuk
setiap alkaloida berbeda untuk setiap jenisnya.
2. Pemurnian
alkaloid dapat dilakukan dengan cara modern yaitu dengan pertukaran ion.
3. Menyekat
melalui kolom kromatografi dengan kromatografi partisi Cara kedua dan ketiga
adalah cara yang paling umum dan cocok untuk menghitung asam alkaloid. Tata
kerja untuk mengisolasi dan mencari alkaloid yang tersedia dalam bahan-bahan
tumbuhan yang dalam skala miligram menggunakan kromatografi kolom memakai
alumina dan kromatografi kertas.
E. BIOAKTIVITAS ALKALOID
Setiap dari masing masing golongan
alkaloid memiliki bioaktifitas sendiri-sendiri. Beberapa diantaranya
sebagi berikut:
a.
Bioaktifitas Golongan Piridin
Secara luas piridin digunakan sebagai pelarut. Piridin
bersifat polar tetapi aprotik. Piridine larut dalam sebagian besar larutan
termasuk heksan dan air. Piridin yang terdestilasi yang disebut dengan
piridin-d5 adalah pelarut yang sesuai untuk H
NMR spektroskopi.
b.
Piperin
Piperin ditemukan pada CYP3A4 dan P-glycoprotein,
enzyme yang penting pada metabolisme dan transport dari xenobiotik dan
metabolit. Pada penelitian pada hewan piperin juga inhibitor enzym yang lain
pada proses metabolisme tubuh. Dengan menjadi inhibitor maka piperin
meningkatkan bioavailabilitas dari beberapa komponen misalnya pada kurkumin.
c. Trigonelin
Trigonelin biasanya terdapat pada kopi yang
dapat mencegah mutasi bakteri Streptococcos melekat pada gigi.
Permasalahan
1. Kita ketahui kebanyakan alkaloid bersifat
racun, tapi pada umunya manusia menggunakan alkaloid sebagai obat. Golongkanlah jenis-jenis alkaloid yang bersifat
racun dan bersifat sebagai obat, serta dengan contoh.
2. Bagaimana cara mengestrak suatu alkaloid
dari tanaman? Setelah didapatkan ekstraknya maka bisa dilanjutkan dengan
identifikasi jenis alkaloid. Bagaimana caranya? Jelaskan juga konformasi R dan
S nya, Sehingga diketahui kapan alkaloid itu bersifat sebagai obat dan kapan
bersifat sebagai racun?
saya ingin mencoba menjawab pertanyaan nomor satu,
BalasHapusKafein ..Menenangkan saraf, menghambat rasa kantuk
Nikotin...Menstimulasi kerja saraf otonom
Morfin...Penahan rasa sakit (analgesik)
Kodein...Penahan rasa sakit, obat batuk
Atropin...Obat tetes mata
Kokain...Penahan rasa sakit
Piperin...Bioinsektisida
Quinin...Obat penyakit malaria
Saponin...Antibakteri
Vinblastin...Obat kanker
Vinkristin...Obat kanker
Ergotamin...Analgesik pada migrain
Mitraginin...Analgesik dan antitusif
Reserpin...Obat disfungsi ereksi
Epedrin...Mempengaruhi konstriksi pembuluh darah
Nikotin...Bahan aktif dalam rokok
Meskalin...Berefek halusinogen
Psilosibin...Berefek halusinogen
Strikhnin...Racun yang sangat kuat
Saya akan mencoba jawab soal no 2 Alkaloid biasanya diperoleh dengan cara mengekstraksi bahan tumbuhan memakai air yang diasamkan yang melarutkan alkaloid sebagai garam, atau bahan tumbuhan dapat dibasakan dengan natrium karbonat dan sebagainya dan basa bebas diekstaksi dengan pelarut organik seperti kloroform, eter dan sebagainya. Radas untuk ekstraksi sinabung dan pemekatan khusunya digunakan untuk alkaloid yang tidak tahan panas. Beberapa alkaloid menguap seperti,nikotina dapat dimurnikan dengan cara penyulingan uap dari larutanmyang diabasakan. Larutan dalam air yang bersifat asam danmmengandung alkaloid dapat dibasakan dan alkaloid diekstaksim dengan pelarut organik , sehingga senyawa netral dan asam yang mudah larut dalam air tertinggal dalam air. Cara lain yang berguna untuk memperoleh alkaloid dari larutan asam adalah dengan penjerapan menggunakan pereaksi Lloyd. Kemudian alkaloid dielusi dengan dammar XAD-2 lalu diendapkan dengan pereaksi Mayer atau Garam Reinecke dan kemudian endapan dapat dipisahkan dengan cara kromatografi pertukaran ion. Masalah yang timbul pada beberapa kasus adalah bahwa alkaloid berada dalam bentuk terikat yang tidak dapat dibebaskan pada kondisi ekstraksi biasa. Senyawa pengkompleksnya barangkali polisakarida atau glikoprotein yang dapat melepaskan alkaloid jika diperlakukan dengan asam.
BalasHapusUntuk no. 2
BalasHapusHampir semua alkaloida yang ditemukan di alam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Misalnya kuinin, morfin dan stiknin adalah alkaloida yang terkenal dan mempunyai efek sifiologis dan fisikologis. Alkaloida dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit batang. Alkaloida umunya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan.
saya ingin mencoba menanggapi permaslahan pertama saudari
BalasHapusNikotina adalah senyawa kimia organik kelompok alkaloid yang dihasilkan secara alami pada berbagai macam tumbuhan, terutama suku terung-terungan (Solanaceae) seperti tembakau dan tomat. Nikotina berkadar 0,3 sampai 5,0% dari berat kering tembakau berasal dari hasil biosintesis di akar dan terakumulasi di daun.
Nikotina merupakan racun saraf yang potensial dan digunakan sebagai bahan baku berbagai jenis insektisida. Pada konsentrasi rendah, zat ini dapat menimbulkan kecanduan, khususnya pada rokok. Nikotina memiliki daya karsinogenik terbatas yang menjadi penghambat kemampuan tubuh untuk melawan sel-sel kanker, akan tetapi nikotina tidak menyebabkan perkembangan sel-sel sehat menjadi sel-sel kanker.
Kafeina merupakan obat perangsang sistem pusat saraf pada manusia dan dapat mengusir rasa kantuk secara sementara. Minuman yang mengandung kafeina, seperti kopi, teh, dan minuman ringan, sangat digemari. Kafeina merupakan zat psikoaktif yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Tidak seperti zat psikoaktif lainnya, kafeina legal dan tidak diatur oleh hukum di hampir seluruh yuridiksi dunia. Di Amerika Utara, 90% orang dewasa mengkonsumsi kafeina setiap hari.
Baiklah saya akan mencoba menjawab permasalahan kedua bagaimana cara mengekstrak alkoloid dimana Alkaloid biasanya diperoleh dengan cara mengekstraksi bahan tumbuhan memakai air yang diasamkan yang melarutkan alkaloid sebagai garam, atau bahan tumbuhan dapat dibasakan dengan natrium karbonat dan sebagainya dan basa bebas diekstaksi dengan pelarut organik seperti kloroform, eter dan sebagainya. Radas untuk ekstraksi sinabung dan pemekatan khusunya digunakan untuk alkaloid yang tidak tahan panas. Beberapa alkaloid menguap seperti,nikotina dapat dimurnikan dengan cara penyulingan uap dari larutanmyang diabasakan. Larutan dalam air yang bersifat asam danmmengandung alkaloid dapat dibasakan dan alkaloid diekstaksim dengan pelarut organik , sehingga senyawa netral dan asam yang mudah larut dalam air tertinggal dalam air. Cara lain yang berguna untuk memperoleh alkaloid dari larutan asam adalah dengan penjerapan menggunakan pereaksi Lloyd. Kemudian alkaloid dielusi dengan dammar XAD-2 lalu diendapkan dengan pereaksi Mayer atau Garam Reinecke dan kemudian endapan dapat dipisahkan dengan cara kromatografi pertukaran ion. Masalah yang timbul pada beberapa kasus adalah bahwa alkaloid berada dalam bentuk terikat yang tidak dapat dibebaskan pada kondisi ekstraksi biasa. Senyawa pengkompleksnya barangkali polisakarida atau glikoprotein yang dapat melepaskan alkaloid jika diperlakukan dengan asam.
BalasHapus