STEROID
1. PENGERTIAN
STEROID
Senyawa-senyawa
steroid adalah turunan skualena, suatu triterpena, juga karoten dan retinol.
Steroid merupakan senyawa yang memiliki kerangka dasar titerpena asiklik. Ciri
umum steroid ialah sistem empat cincin yang tergabung. Cincin A, B, dan C
beranggotakan enam atom karbon, dan cincin D beranggotakan lima. Steroid,
semuanya diturunkan dari struktur inti empat cincin lebur yang sama, memiliki
hormon dan molekul pensinyalan.
Steroid adalah senyawa organik bahan alam yang dihasilkan
oleh organisme melalui metabolit sekunder, senyawa ini banyak ditemukan pada
jaringan hewan dan tumbuhan. Asal usul biogenetik dari steroid mengikuti
reaksi-reaksi pokok yang sama, dengan demikian maka golongan senyawa ini
memiliki kerangka dasar yang sama.
2.
ASAL USUL STEROID
Percobaan-percobaan biogenetik menunjukkan
bahwa steroid yang terdapat dialam berasal dari triterpenoid. Steroid yang
terdapat dalam jaringan hewan beasal dari triterpenoid lanosterol sedangkan
yang terdapat dalam jaringan tumbuhan berasal dari triterpenoid sikloartenol
setelah triterpenoid ini mengalami serentetan perubahan tertentu. tahap- tahap
awal dari biosintesa steroid adalah sama bagi semua steroid alam yaitu
pengubahan asam asetat melalui asam mevalonat dan skualen (suatu triterpenoid)
menjadi lanosterol dan sikloartenol.
Percobaan-percobaan menunjukkan bahwa skualen terbentuk dari dua
molekul farnesil pirofosfat yang bergabung secara ekor-ekor yang segera diubah
menjadi 2,3-epoksiskualen. selanjutnya lanosterol terbentuk oleh kecenderungan
2,3-epoksiskualen yang mengandung lima ikatan rangkap untuk melakukan siklisasi
ganda. Siklisasi ini diawali oleh protonasi guigus epoksi dan diikuti oleh
pembukaan lingkar epoksida. Kolesterol terbentuk dari lanosterol setelah
terjadi penyingkiran tiga gugus metil dari molekul lanosterol yakni dua dari
atom karbon C-4 dan satu dari C-14. Penyingkiran ketiga gugus metil ini
berlangsung secara bertahap, mulai dari gugus metil pada C-14 dan selanjutnya
dari C-4. Kedua gugus metil pada kedua C-4 disingkirkan sebagai karbon
dioksida, setelah keduanya mengalami oksidasi menjadi gugus karboksilat.
sedangkan gugus metil pada C-14 disingkirkan sebagai asam format setelah gugus
metil itu mengalami oksidasi menjadi gugus aldehid.
Percobaan dengan jaringan hati hewan, emnggunakan
2,3 epoksiskualen yang diberi tanda dengan isotop 180 menunjukkan bahwa isotop
180 itu digunakan untuk pembuatan lanosterol menghasilkan (180)- lanosterol
radioaktif. Hasil percobaan ini membuktikan bahwa 2,3- epoksiskualen terlibat
sebagai senyawa antara dalam biosintesa steroida. Molekul kolestrol terdiri
atas tiga lingkar enam yang tersusun seperti fenantren dan terlebur dalam suatu
lingkar lima. Hidrokarbon tetrasiklik jenuh yang mempunyai sistem lingkar
demikian dan terdiri dari 17 atom karbon sering ditemukan pada banyak senyawa
yang tergolong senyawa bahan alam yang disebut stroida.
3.
STRUKTUR SENYAWA STEROID
Perbedaan jenis
steroid ditentukan subtituen R1, R2, dan R3. Perbedaan dalam satu kelompok
tergantung juga pada :
a. Panjang
subtituen R1
b. Gugus
fungsi subtituen R1, R2, dan R3
c. Jumlah
dan posisi ikatan rangkap
d. Jumlah
dan posisi oksigen
e. Konfigurasi
pusat asimetris inti dasar
4.
PENGGOLONGAN
SENYAWA STEROID
Gonane
adalah steroid yang paling sederhana mungkin dan terdiri dari tujuh belas
karbon atom, terikat bersama untuk membentuk empat cincin menyatu. Tiga
sikloheksana cincin (ditunjuk sebagai cincin A, B, dan C pada gambar di bawah)
membentuk kerangka fenantrena , cincin D memiliki siklopentana struktur. Oleh
karena itu, bersama-sama mereka disebut cyclopentaphenanthrene
Penomoran cincin
dan atom karbon dalam gonane , steroid sederhana mungkin.
Struktur
kolestan , salah satu steroid relatif sederhana
Struktur
complexer dari asam kolat , suatu asam empedu
Umumnya,
steroid memiliki kelompok metil pada karbon C-10 dan C-13 dan rantai samping
alkil pada karbon C-17. Selanjutnya, mereka berbeda-beda berdasarkan
konfigurasi dari rantai samping, jumlah kelompok metil tambahan, dan
kelompok-kelompok fungsional yang melekat pada cincin. Misalnya, sterol
memiliki gugus hidroksil yang melekat pada posisi C-3.
5.
BIOSINTESIS
SENYAWA STEROID
Sintesis
dalam tubuh dimulai dengan satu molekul asetil KoA dan satu molekul
acetoacetyl-CoA , yang terhidrasi membentuk 3-hydroxy-3-methylglutaryl CoA (
HMG-CoA ). Molekul ini kemudian dikurangi menjadi mevalonate oleh enzim HMG-CoA
reduktase . Langkah ini adalah, diatur tingkat-membatasi dan langkah
ireversibel dalam sintesis kolesterol dan merupakan tempat aksi untuk statin
obat (HMG-CoA reduktase inhibitor kompetitif).
Mevalonate
kemudian diubah menjadi 3-isopentenil pirofosfat dalam tiga reaksi yang
memerlukan ATP . Mevalonate ini dekarboksilasi untuk pirofosfat isopentenil ,
yang merupakan kunci untuk metabolit reaksi biologis berbagai. Tiga molekul
mengembun pirofosfat isopentenil untuk membentuk pirofosfat farnesyl melalui
aksi geranyl transferase. Dua molekul pirofosfat farnesyl kemudian mengembun untuk membentuk squalene oleh aksi
sintase squalene dalam retikulum endoplasma . Oxidosqualene adenilat kemudian cyclizes
squalene untuk membentuk lanosterol . Akhirnya, lanosterol kemudian dikonversi
menjadi kolesterol melalui proses yang kompleks 19 langkah.
6.
ISOLASI
SENYAWA STEROID
Senyawa
turunan steroid yaitu β-sitosterol telah berhasil diisolasi dari ekstrak n-heksan
kulit akar tumbuhan Kleinhovia hospita L. (paliasa). Senyawa yang diperoleh
diuji golongan senyawa dan dielusidasi strukturnya berdasarkan data
spektroskopi IR dan dibandingkan dengan literatur. Senyawa ini juga
memperlihatkan aktivitas positif terhadap bakteri Staphylococcus aureus,
Salmonella thypi dan Streptococcus mutans, dengan nilai daya hambat
berturut-turut yaitu 14,4 ; 19,5 dan 21 mm. 2.4.1.
Pendahuluan Percobaan Tumbuhan berkhasiat obat
dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan tradisional yang diakui masyarakat dunia
sebagai back to nature, untuk mencapai kesehatan yang optimal dan mengatasi
berbagai penyakit secara alami (Wijayakusuma, 2000). Penemuan spesies tumbuhan
baru menyebabkan makin diperlukannya
konservasi, pemanfaatan dan pengembangan
tumbuhan Indonesia yang berpotensi sebagai obat.
Bahan obat tra disional sebagai bagian dari
bahan alam merupakan bahan baku utama skrining dalam upaya menentukan komponen
aktif yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat baru (Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, tanpa tahun). Beberapa spesies tumbuhan tingkat tinggi
yang tumbuh di hutan tropika, telah diketahui mengandung senyawa kimia dari
berbagai golongan, antara lain terpenoid, fenilpropanoid, flavonoid, turunan
benzofuran, dan asam fenolat, serta oligomer stilbenoid (Atun, 2005). Sejumlah
senyawa oligomer stilbenoid telah dilaporkan berpotensi sebagai anti-tumor,
anti inflamasi, anti-bakteri, bersifat kemopreventif, hepatoprotektif, dan anti
HIV (Tanaka, dkk., 2000).
Hasil survei yang dilakukan oleh Heyne (1987),
salah satu spesies dari famili Sterculiaceae yaitu Kleinhovia hospita Linn.
(paliasa) yang tersebar secara luas di kepulauan Indonesia terutama di bagian
timur Indonesia (Sulawesi, Maluku, Papua) serta di daerah Jawa dan Sumatra,
daunnya dimanfaatkan sebagai obat penyakit kusta, liver, hipertensi, diabetes,
dan kolestrol tinggi. Oleh sebab itu K. hospita diyakini mengandung senyawa
metabolit sekunder yang memiliki bioaktivitas tertentu (Herlina, 1993). Berdasarkan
uraian di atas, eksplorasi metabolit sekunder pada fraksi n-heksan kulit akar
K. hospita yang belum diketahui senyawa murninya perlu dilakukan dan juga uji
bioaktivitasnya sebagai antibakteri diuji terhadap bakteri Staphylococcus
aureus, Salmonella thypi dan Streptococcus mutans. 2.4.2. Metode Penelitian
Spektrum IR diukur dengan spektrometer IR Perkin Elmer FT-IR (KBr). Fraksinasi
menggunakan silika gel 60 (7733), silika gel 60 (7734), silika gel 60 (7730)dan
analisis KLT menggunakan plat KLT. 2.4.3.
Ekstraksi
dan Isolasi Hasil maserasi kulit akar tumbuhan K. hospita (3,2 kg) diperoleh
ekstrak metanol sebanyak 59,85 gr. Maserat tersebut kemudian dipartisi secara
kontinyu mulai dari pelarut non polar yaitu n-heksan, semipolar kloroform dan
polar etil asetat selanjutnya diperoleh estrak n-heksan berupa residu berwarna
kuning seberat 10,58 gr, ekstrak kloroform berupa residu berwarna coklat
seberat 21,16 gr dan ekstrak etil asetat berupa residu berwarna merah bata
seberat 15,59 gr.
Ekstrak n-heksan (10,58 gr.) difraksinasi awal
melalui kromatografi kolom vakum dengan eluen n-heksan, EtOAc ; n-heksan,
EtOAc, Aseton dan metanol dengan urutan kepolaran yang ditingkatkan. Pada tahap
ini diperoleh 23 fraksi dengan kromatogram, dan fraksi-fraksi yang mempunyai nilai
Rf sama digabungkan, sehingga diperoleh 11 fraksi utama (Ruhmah, 2008).
Fraksi-fraksi tersebut diambil 3 dari 11 fraksi utama (fraksi H,I dan J),
kemudian difraksinasi kembali menggunakan alat kromatografi yaitu KKV, KKT dan
KKG dengan eluen n-heksan, EtOAc ; n-heksan, EtOAc, Aseton dan metanol dengan
urutan kepolaran yang ditingkatkan. Setiap hasil dari fraksinasi akan dimonitor
dengan analisis KLT. Dari hasil fraksinasi pada fraksi, diperoleh fraksi L
(fraksi H2, H3, I2 dan J5¬¬) dengan berat 315,7 mg yang selanjutnya dilakukan
proses pemurnian untuk memperoleh kristal murni dengan pelarut
klroform;n-heksan dan metanol panas.
Pada tahap identifikasi, senyawa murni yang
diperoleh diuji kemurniannya dengan mengukur titik leleh dan juga analisis KLT
pada tiga macam sistem eluen. Data spektroskopi untuk penetapan struktur
diperoleh dengan menganalisis senyawa murni melalui alat lampu UV, IR, 1H dan
13C-NMR.
DAFTAR PUSTAKA
K. Murray, Robert dkk. 2009. Biokimia Harper
Edisi 27. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Martoharsono, Soeharsono. 1993. Biokimia Jilid
I. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
PERMASALAHAN
1. Sebutkan
contoh steroid beserta kegunaannya?
2. Jelaskan
sifat-sifat steroid beserta contohnya?
3. Dimana
saja dapat ditemukan steroid dan bagaimana cara mendapatkannya?