Jumat, 30 Maret 2018


PRINSIP-PRINSIP DASAR MULTIMEDIA PEMBELAJARAN

Hasil gambar untuk prinsip dasar multimedia

Multimedia adalah kombinasi dari teks, gambar, suara, animasi dan video yang saling menyatu sehingga bermanfaat bagi user. Bila dalam suatu aplikasi multimedia pemakai / pengguna multimedia diberikan suatu kemampuan untuk mengontrol elemen-elemen yang ada. Multimedia tersebut disebut dengan Interactive Multimedia. Multimedia apabila di pecah jadi 2 kata, yaitu multi dan media. Multi bisa berarti banyak atau beraneka ragam, sedangkan media adalah sesuatu yang di gunakan untuk menyampaikan atau membawakan informasi kepada orang lain. Sehingga dapat diperoleh makna multimedia yaitu, penggunaan dan pemanfaatan berbagai macam media untuk menyampaikan suatu informasi kepada orang lain.
Wujud  interaksi  antara pebelajar dengan  sumber  belajar  dapat  bermacam-macam.  Cara  belajar dengan  mendengarkan  ceramah  dari  pembelajar memang merupakan  salah  satu  wujud  interaksi  tersebut.  Namun  belajar  hanya  dengan mendengarkan  saja,  patut  diragukan  efektifitasnya.  Belajar hanya  akan  efektif  jika si pebelajar  diberikan  banyak  kesempatan  untuk  melakukan  sesuatu,  melalui multi-metode dan multi-media. Melalui berbagai metode dan media pembelajaran,  pebelajar akan dapat banyak berinteraksi secara aktif dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki pebelajar.            Barangkali  perlu  direnungkan  kembali  ungkapan  populer  yang mengatakan  : 
Saya  mendengar  saya  lupa, Saya melihat saya ingat, Saya berbuat maka saya bisa.
Pemilihan Media
Dalam kegiatan pembelajaran kita harus menentukan media yang akan digunakan, memilih media yang terbaik untuk tujuan pembelajaran bukanlah pekerjaan yang mudah. Pemilihan itu rumit dan sulit, karena harus mempertimbangkan berbagai faktor.Pemilihan  media itu  perlu  kita  lakukan  agar dapat  menentukan  media  yang terbaik,  tepat  dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sasaran didik. Untuk itu, pemilihan jenis media harus dilakukan dengan  prosedur  yang  benar,  karena  begitu banyak  jenis  media  dengan  berbagai  kelebihan  dan kelemahan masing-masing.
Prinsip Pengembangan Multimedia Pembelajaran
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan media pembelajaran meliputi: prinsip kesiapan dan motivasi, penggunaan alat pemusat perhatian, pengulangan, partisipasi aktif peserta didik, dan umpan balik.
Prinsip kesiapan dan motivasi menekankan bahwa kesiapan dan motivasi peserta didik untuk menerima informasi pembelajaran sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar. Kesiapan peserta didik mencakup kesiapan pengetahuan prasyarat, kesiapan mental, dan kesiapan fisik. Motivasi merupakan dorongan untuk melakukan atau mengikuti kegiatan belajar. Motivasi tersebut dapat berasal dari dalam diri maupun dari luar diri peserta didik.
Prinsip-Prinsip Multimedia untuk Pembelajaran
1.                  Prinsip Multimedia 
            Multimedia principle merupakan teori yang dipelajari secara mendalam oleh Richard Mayer. Mayer mengatakan bahwasanya prinsip ini menyatakan, gabungan kata-kata (words) dan gambar lebih kondusif digunakan untuk pembelajaran, jika dibandingkan dengan yang terdiri atas teks ataupun gambar saja. Hasil studi menunjukkan bahwa peserta didik tidak terlibat lebih mendalam dalam pembelajaran ketika pembelajaran tersebut hanya terdiri atas teks saja, hal itu tidak akan menghubungkan antara apa yang mereka baca pada teks dengan pengetahuan baru ataupun yang sudah ada sebelumnya.
            Prinsip ini menyatakan bahwa siswa bisa belajar lebih baik dengan kata-kata dan gambar-gambar dibandingkan dengan hanya kata-kata atau gambar saja.Yang dimaksudkan dengan kata-kata adalah teks tercetak di layar yang dibaca pengguna atau teks ternarasikan yang didengar pengguna melalui speaker atau headset. Yang dimaksudkan dengan gambar adalah ilustrasi statis seperti gambar, diagram, grafik, peta, foto, atau gambar dinamis seperti animasi dan video. Clark & Mayer (2011:70) menggunakan istilah penyajian multimedia untuk menyebut segala penyajian yang berisi kata-kata dan gambar.
            Dengan menambahkan ilustrasi pada teks atau menambahkan animasi pada narasi maka akan membantu siswa lebih mendalami materi atau penjelasan yang disajikan. Menyajikan penjelasan dengan kata-kata dan gambar-gambar bisa menghasilkan pembelajaran lebih baik daripada menyajikan dengan kata-kata saja. Saat kata-kata dan gambar disajikan secara bersamaan siswa mempunyai kesempatan untuk mengkonstruksi model-model mental verbal dan pictorial dan membangun hubungan diantara keduanya.

2.                  Prinsip Keterdekatan Ruang
            Prinsip ini menyatakan bahwa siswa bisa belajar lebih baik saat kata-kata dan gambar-gambar yang saling terkait disajikan saling berdekatan daripada saling berjauhan di halaman atau di layar. Saat kata-kata dan gambar-gambar terkait saling berdekatan di halaman (dalam buku) atau layar (dalam komputer) maka siswa tidak harus menggunakan sumber-sumber kognitif secara visual mencari di halaman atau layar itu. Siswa akan lebih bisa menangkap dan menyimpan materi bersamaan di dalam memori kerja pada waktu yang sama.
3.                  Prinsip Keterdekatan Waktu
            Prinsip ini menyatakan siswa bisa belajar lebih baik saat kata-kata dan gambar-gambar yang terkait disajikan secara simultan (bersamaan) daripada bergantian. Saat bagian narasi dan animasi yang terkait disajikan dalam waktu bersamaan, akan lebih memungkinkan siswa untk bisa membentuk representasi mental atas keduanya dalam memori kerja dalam waktu bersamaan. Hal ini membuat siswa lebih bisa membangun hubungan mental antara representasi verbal dan representasi visual. Jika waktu antara mendengar kalimat dan melihat animasi relative pendek, maka siswa masih bisa membangun koneksi antara kata-kata dan gambar. Jika mendengar keseluruhan narasi yang panjang dan melihat keseluruhan animasi dalam waktu yang terpisah maka siswa kesulitan membangun koneksi tersebut.
4.                  Prinsip Koherensi
            Prinsip koherensi bisa dipecah menjadi tiga versi yang saling melengkapi :
1.      pembelajaran siswa terganggu jika kata-kata dan gambar-gambar menarik namun tidak relevan ditambahkan ke presentasi multimedia.
2.      pembelajaran siswa terganggu jika terdapat suara dan music yang menarik namun tidak relevan,
3.      pembelajaran siswa akan meningkat jika kata-kata yang tidak diperlukan disingkirkan dari presentasi multimedia.
Gambar-gambar dan kata-kata yang menarik tapi tidak relevan bisa mengalihkan perhatian siswa dari isi materi yang penting, dan bisa mengganggu proses penataan materi. Dalam penyajian materi melalui multimedia siswa cenderung bisa belajar lebih banyak dan mendalam jika materi disajikan secara lebih ringkas. Oleh karena memori kerja otak pada manusia itu terbatas maka harus difokuskan pada materi yang penting.
5.                  Prinsip Modalitas
            Prinsip modalitas menyatakan bahwa siswa bisa belajar lebih baik dari animasi dan narasi (kata yang terucapkan) daripada dari animasi dan kata tercetak di layar (Mayer, 2009:197). Berdasarkan teori kognitif dan bukti riset, Clark & Mayer (2011:117) menyarankan untuk menarasikan teks daripada menyajikan teks tercetak di layar saat gambar (statis maupun bergerak) menjadi fokus kata-kata dan saat keduanya disajikan pada waktu yang bersamaan.
            Jika gambar dan kata-kata bersama-sama disajikan secara visual (yakni sebagai animasi dan teks) maka saluran visual/pictorial yang bekerja ekstra sedangkan saluran lain (verbal) tidak berfungsi. Jika kata-kata disajikan secara auditory maka kedua saluran akan berfungsi.
6.                  Prinsip Redundansi
            Prinsip ini menyatakan bahwa siswa belajar lebih baik dari gambar dan narasi daripada dari gambar, narasi, dan teks tercetak di layar (Mayer, 2009:215). Implikasi dari hal ini adalah saran dari Clark & Mayer (2011:125) untuk tidak menambahkan teks tercetak di layar ke gambar yang sedang dinarasikan. Clark & Mayer (2011:135) mengemukakan alasan bahwa siswa akan lebih memperhatikan teks tercetak di layar daripada ke gambar yang berkaitan. Saat mata mereka fokus di kata-kata tercetak, siswa tidak bisa melihat ke gambar yang sedang dinarasikan. Juga, siswa berusaha membandingkan teks tercetak dengan narasi yang diucapkan sehingga membebani proses kognitif. Karena itulah, untuk gambar yang sedang dinarasikan, hendaknya tidak ditambahkan teks tercetak di layar.
            Pada skenario pembelajaran multimedia, kita banyak melihat adanya teks dan audio yang dijalankan secara simultan. Prinsip redudansi menyatakan bahwasanya para peserta didik bisa melakukan pembelajaran dengan lebih baik jika hanya ada animasi dan narasi. Informasi teks yang ditampilkan secara visual menjadi materi yang redundan. Mengeliminasi materi-materi yang bersifat redundan, menghilangkan narasi dan teks yang bersifat identik merupakan cara yang tepat agar peserta didik bisa melakukan pembelajaran dengan baik. Alasannya adalah orang-orang tidak bisa fokus jika mendengar dan melihat pesan verbal secara bersamaan selama presentasi pembelajaran (Hoffman, 2006).
7.                  Prinsip Perbedaan Individual
            Prinsip ini menyatakan bahwa Siswa yang berpengetahuan lebih tinggi bisa menggunakan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya untuk mengkompensasi atas kurangnya petunjuk dalam presentasi. Siswa yang berpengetahuan rendah kurang bisa melakukan pemrosesan kognitif yang berguna saat presentasinya kurang petunjuk. Siswa yang memiliki kemampuan spasial yang tinggi memiliki kapasitas kognitif untuk secara mental memadukan reprentasi verbal dan visual dari presentasi multimedia yang ada. Siswa yang berspasial rendah harus mengerahkan kapasitas kognitif yang begitu banyak untuk memahami apa yang disajikan.
8.                  Prinsip Segmentasi Dan Pra Latihan
            Prinsip segmentasi menyarankan untuk memecah materi pelajaran yang besar menjadi segmen-segmen yang kecil (Clark & Mayer, 2011:207). Saat sebuah materi pembelajaran kompleks, materi itu perlu dibuat menjadi sederhana dengan dibagi-bagi menjadi beberapa bagian yang dapat diatur kemunculannya.
            Clark & Mayer (2011:210) beralasan bahwa saat siswa menerima sajian yang berkelanjutan dan berisi konsep-konsep yang saling berhubungan, hasilnya adalah sistem kognitif menjadi kelebihan muatan, terlalu banyak pemrosesan yang dibutuhkan. Siswa tidak mempunyai kapasitas kognitif yang cukup untuk dilibatkan dalam pemrosesan esensial yang dibutuhkan untuk memahami materi tersebut. Solusi masalah di atas adalah membagi-bagi materi pelajaran menjadi beberapa bagian yang dapat diatur, misalnya dengan memberi tombol “Lanjutkan”.
            Prinsip pra-latihan menyarankan untuk memastikan siswa mengetahui nama dan karakteristik konsep-konsep penting (Clark & Mayer, 2011:212). Sebelum siswa belajar proses atau mengerjakan latihan pada suatu multimedia interaktif, hendaknya siswa diberi materi konsep-konsep penting berkaitan dengan proses yang akan dipelajari atau latihan yang akan dikerjakan. Contohnya, sebelum siswa melihat video demonstrasi cara membuat tabel basis data, siswa perlu mengetahui apa itu tabel, field, dan primary key.
            Clark & Mayer (2011:215) menyatakan bahwa pra latihan dapat membantu pemula untuk mengelola pemrosesan materi kompleks dengan mengurangi jumlah pemrosesan esensial yang mereka lakukan saat presentasi disajikan. Saat siswa sudah mengetahui apa itu primary key, mereka bisa mengalokasikan proses kognitif untuk membangun model mental bagaimana peran primary key dalam perancangan sebuah tabel. Dengan demikian, alasan diperlukannya prinsip pra-latihan adalah prinsip ini membantu pengelolaan pemrosesan esensial yang dilakukan siswa dengan mendistribusikan materi-materi ke dalam bagian pra-latihan dari materi pembelajaran.
9.        Prinsip Personalisasi
            Prinsip personalisasi menyarankan agar pengembang multimedia menggunakan gaya percakapan dalam narasi daripada gaya formal (Clark & Mayer, 2011:182). Gaya percakapan di antaranya dicapai dengan menggunakan bahasa orang pertama dan orang kedua serta dengan suara manusia yang ramah. Clark & Mayer (2011:184) menyatakan bahwa riset dalam proses diskursus menunjukkan bahwa manusia bekerja lebih keras untuk memahami materi saat mereka merasa berada dalam percakapan dengan seorang teman, daripada sekadar menerima informasi. Mengekspresikan informasi dalam gaya percakapan dapat merupakan cara untuk mempersiapkan proses kognitif siswa. Clark & Mayer (2011:184) menambahkan pula bahwa instruksi yang mengandung petunjuk sosial seperti gaya percakapan mengaktifkan perasaan kehadiran sosial, yaitu perasaan sedang dalam percakapan dengan pengarang. Perasaan kehadiran sosial ini mengakibatkan pembelajar terlibat dalam proses kognitif yang lebih dalam selama belajar dengan berusaha lebih keras memahami apa yang pengarang ucapkan, yang hasilnya adalah hasil belajar yang lebih baik.

QUESTION:
  1.  Dalam pemilihan media harus tepat dan sesuai dengan materi yang akan diajarkan, bagaimana kriteria materi yang harus menggunakan multimedia nntuk menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran? dan apakah semua meteri harus menggunakan multimedia?
  2. Seperti kita ketahui sekarang ini kebanyakan pengajar memaparkan materi dalam bentuk power point, dan apakah multimedia dalam bentuk power point itu efektif dalam proses pembelajaran?
  3.  Seberapa besar pengaruh multimedia dalam pproses pembelajaran? Tapi jika dibanding dengan zaman praglobalisasi proses pembelajaran hanya menggunakan media yang sangat sederhana. Namun dapat juga menghasilkan siswa yang pintar? Jelaskan pendapatmu!

DAFTAR PUSTAKA
Mayer, Richard. 2011. The Cambridge Handbook of Multimedia Learning. Cambridge University Press.
http://dewisugiarti122.blogspot.co.id/2017/02/prinsip-prinsip-dasar-multimedia.html



LANDASAN TEORITIS MULTIMEDIA PEMBELAJARAN

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat si penerima pesan. Di dalam proses penyampaian informasi ini dengan menggunakan saluran (media) maka komunikan akan menerima informasi/pesan tersebut melalui kelima panca inderanya (penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecap). Multimedia adalah kombinasi dari teks, gambar, suara, animasi dan video yang saling menyatu sehingga bermanfaat bagi user. Bila dalam suatu aplikasi multimedia pemakai / pengguna multimedia diberikan suatu kemampuan untuk mengontrol elemen-elemen yang ada.

Ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran, antara lain landasan filosofis, psikologis, teknologis, dan empiris.
a.       Landasan filosofis
Ada suatu pandangan, bahwa dengan digunakannya berbagai jenis media hasil teknologi baru di dalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi. Dengan kata lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi dehumanisasi. Akan tetapi, siswa dihargai harkat kemanusiaannya diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, penerapan teknologi tidak berarti dehumanisasi. Sebenarnya perbedaan pendapat tersebut tidak perlu muncul, yang penting bagaimana pandangan guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Jika guru menganggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki kepribadian, harga diri,motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain, maka baik menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan pendekatan humanis.

b.      Landasan psikologis
 Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Di samping itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, di samping memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar, memahami makna persepsi serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan secara optimal agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Untuk maksud tersebut, perlu: (1) diadakan pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian siswa serta memberikan kejelasan obyek yang diamatinya, (2) bahan pembelajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa. Kajian psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit ketimbang yang abstrak.
 Berkaitan dengan kontinum konkrit-abstrak dan kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat.
Pertama, Jerome Bruner, mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambaran atau film (iconic representation of experiment) kemudian ke belajar dengan simbul, yaitu menggunakan kata-kata (symbolic representation). Menurut Bruner, hal ini juga berlaku tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk orang dewasa.
Kedua, Charles F. Haban, mengemukakan bahwa sebenarnya nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep, ia membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang paling nyata ke yang paling abstrak.
Ketiga, Edgar Dale, membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudian menuju siswa sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke siwa sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan media, dan terakhir siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan simbol.

c.       Landasan teknologis
Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek perancangan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, dan penilaian proses dan sumber belajar. Jadi, teknologi pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi di mana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol. Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalah dilakukan dalam bentuk: kesatuan komponen-komponen sistem pembelajaran yang telah disusun dalam fungsi disain atau seleksi, dan dalam pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadisistem pembelajaran yang lengkap. Komponen-komponen ini termasuk pesan, orang, bahan, media, peralatan, teknik, dan latar.

d.      Landasan empiris
Temuan-temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar siswa. Artinya, siswa akan mendapat keuntungan yang signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik tipe atau gaya belajarnya. Siswa yang memiliki tipe belajar visual akan lebih memperoleh keuntungan bila pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram, video, atau film. Sementara siswa yang memiliki tipe belajar auditif, akan lebih suka belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah guru. Akan lebih tepat dan menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut jika menggunakan media audio-visual. Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut, maka pemilihan media pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru, tetapi harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik pebelajar, karakteristik materi pelajaran, dan karakteristik media itu sendiri.

QUESTION :
  1. Berdasarkan landasan empiris dikatakan pemilihan media didasarkan atas karateristik siswa. Jadi jelaslah akan terdapat perbedaan antara karateristik siswa pedesaan dengan perkotaan. Bisakah anda jelaskan perbedaannya dan media apa yang cocok antara keduanya itu?
  2. Dalam kajian psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit ketimbang yang abstrak. Dan seperti kita ketahui materi kimia itu kebanyakan abstrak, dan bisakah berikan suatu ilustrasi contoh mengenai materi kimia yang abstrak dijadikan konkrit?
  3. Bagaimana cara pengajar menetapkan bahwa suatu media tersebut tepat digunakan untuk siswa tersebut?



Fenil Propanoid

FENILPROPANOID  A.    ASAL USUL Fenilpropanoid merupakan suatu kelompok senyawa fenolik alam yg berasal dari asam amino aromatik fen...